Senin, 26 Desember 2011

MENULIS

Menulis adalah suatu kegiatan untuk menciptakan suatu catatan atau informasi pada suatu media dengan menggunakan aksara.
Menulis biasa dilakukan pada kertas dengan menggunakan alat-alat seperti pena atau pensil. Pada awal sejarahnya, menulis dilakukan dengan menggunakan gambar, contohnya tulisan hieroglif (hieroglyph) pada zaman Mesir Kuno.
Pada dasarnya menulis terbagi ke dalam dua bagian utama, yaitu: (1) mempelajari kenyataan (bisa berarti berpikir, bisa berarti riset) dan merumuskan kerangka tulisan, dan (2) menyajikan gagasan tersebut dengan didukung fakta (diri turut berperan – The Art of Writing).
Kemudian, agar mudah dipahami maka penulisan harus jelas dalam hal:
1. pilihan kata
2. susunan kalimat
3. susunan paragraf
4. gagasan yang hendak dikemukakan
Lalu, bagaimana dengan tujuan dari penulisan? Nah, di bawah ini adalah lima tujuan penulisan:
1. memberi informasi, yakni menyampaikan fakta-fakta mengenai peristiwa, masalah, tren, atau fenomena
2. menjelaskan tulisan yang menganalisis/menguraikan mengapa suatu peristiwa, masalah, tren, atau fenomena terjadi (biasanya memaparkan peristiwa, masalah, tren, atau fenomena, sehingga khalayak memahaminya)
3. mengarahkan tulisan ”Seperti Ini”/tip dalam mengerjakan suatu hal (“How To” Article), seperti misalnya: “Cara Mengatasi Kejahatan di Jalan Raya”, dsb.
4. membujuk/meyakinkan orang, tulisan ini mencoba mempersuasi orang atau setidaknya memiliki pemikiran yang sebanding tentang peristiwa, masalah, tren, atau fenomena, seperti misalnya tulisan resensi buku atau film
5. meringkaskan/membuat suatu rangkuman dari suatu karya (buku, dsb.), sebuah kegiatan, rapat, atau seminar menjadi lebih ringkas dan bisa dibaca dengan cepat tanpa kehilangan intisarinya (contoh: notulen)

Henry Guntur Tarigan (1986: 15) menyatakan bahwa menulis dapat diartikan sebagai kegiatan menuangkan ide/gagasan dengan menggunakan bahasa tulis sebagai media penyampai.
Menurut Djago Tarigan dalam Elina Syarif, Zulkarnaini, Sumarno (2009: 5) menulis berarti mengekpresikan secara tertulis gagasan, ide, pendapat, atau pikiran dan perasaan. Lado dalam Elina Syarif, Zulkarnaini, Sumarno (2009: 5) juga mengungkapkan pendapatnya mengenai menulis yaitu: meletakkan simbol grafis yang mewakili bahasa yang dimengerti orang lain.

M. Atar Semi (2007: 14) dalam bukunya mengungkapkan pengertian menulis adalah suatu proses kreatif memindahkan gagasan ke dalam lambang-lambang tulisan. Burhan Nurgiantoro (1988: 273) menyatakan bahwa menulis adalah aktivitas aktif produktif, yaitu aktivitas menghasilkan bahasa.
Menulis menurut McCrimmon dalam St. Y. Slamet (2008: 141) merupakan kegiatan menggali pikiran dan perasaan mengenai suatu subjek, memilih hal-hal yang akan ditulis, menentukan cara menuliskannya sehingga pembaca dapat memahaminya dengan mudah dan jelas. St. Y. Slamet (2008: 72) sendiri mengemukakan pendapatnya tentang menulis yaitu kegiatan yang memerlukan kemampuan yang bersifat kompleks.

Kiat-kiat menulis
Para wartawan, biasanya mereka terbiasa menulis berita lurus (straight news; memaparkan peristiwa sesuai kaidah 5W + 1 H: What, Where, When, Who, dan Why + How). Dengan catatan, tak ada pendapat pribadi di situ. Meski di beberapa media ada juga wartawan yang akhirnya menyelipkan ‘pesan’ atau ‘penilaian’ pribadinya untuk berita tersebut. Selain menulis berita lurus, para wartawan juga dibekali keterampilan menulis feature.

Apa itu feature? Sebenarnya kalo Anda baca buku-buku tentang jurnalistik, belum ada rumusan tunggal tentang feature. Masing-masing ahli jurnalistik belum sepakat. Menurut penulis buku Jurnalistik Praktis, Asep Syamsul M Romli, ada beberapa ciri khas dari feature:

1. Tulisan yang mengandung unsur human interest. Tulisan feature memberikan penekanan pada fakta-fakta yang dianggap mampu menggugah emosi—menghibur, memunculkan empati dan keharuan. Dengan kata lain, sebuah feature juga harus mengandung segi human interest atau human touch—menyentuh rasa manusiawi. Karenanya, feature termasuk kategori soft news (berita ringan) yang pemahamannya lebih menggunakan emosi.

2. Tulisan tersebut mengandung unsur sastra. Satu hal penting dalam sebuah feature adalah ia harus mengandung unsur sastra. Feature ditulis dengan cara atau gaya menulis fiksi. Karenanya, tulisan feature mirip dengan sebuah cerpen atau novel—bacaan ringan dan menyenangkan—namun tetap informatif dan faktual. Karenanya pula, seorang penulis feature pada prinsipnya adalah seorang yang sedang bercerita.

Bagaimana trik atau cara menulis feature?

Sebetulnya hampir sama dengan teknik menulis artikel lainnya, hanya saja dalam menulis feature kita dituntut untuk lebih ‘menyentuh’ dan memberikan nuansa lain dari sekadar sebuah berita. Itu sebabnya, feature bisa berfungsi sebagai penjelasan atau tambahan untuk berita yang sudah disiarkan sebelumnya, memberi latar belakang suatu peristiwa, menyentuh perasaan dan mengharukan, menghidangkan informasi dengan menghibur, juga bisa mengungkap sesuatu yang belum tersiar sebagai berita
·  teruslah berlatih menulis. Jangan pernah berhenti menulis. Sebab menulis itu seperti menyetir mobil. Semakin tinggi jam terbang Anda, maka keahlian Anda pun insya Allah semakin baik.
·  Rajin-rajinlah membaca buku-buku yang berkualitas. Jika tubuh kita diibaratkan “pabrik penulis”, maka inputnya – antara lain adalah bacaan, dan outputnya (atau produk yang dihasilkan) adalah tulisan. Dengan demikian, kegiatan membaca bagi seorang penulis sangat penting. Tulisan kita akan banyak diwarnai oleh jenis bacaan yang kita lahap. Bila Anda rajin membaca teenlit, maka Anda akan menjadi seorang penulis teenlit. Bila Anda rajin membaca opini di surat kabar, maka Anda akan menjadi seorang penulis opini. Demikian seterusnya..

Aspek-aspek menulis
Menurut Lovitt (1989 dalam Sunardi dan Sugiarmin 2001) menyatakan bahwa pelajaran menulis mencakup tiga aspek, yaitu (1) menulis dengan tangan, (2) mengeja, (2) dan menulis ekspresif atau komposisi. Namun yang akan dibahas disini adalah pengajaran menulis pada aspek menulis dengan tangan (handwriting).
Pengajaran menulis dengan tangan (handwriting) sering disebut pula dengan pengajaran menulis permulaan. Di dalam menulis permulaan dipengaruhi berbagai faktor kematangan atau kesiapan, yaitu faktor (1) motorik, (2) perilaku ketika menulis, (3) persepsi, (4) memori, (5) kemampuan cross modal, (6) penggunaan tangan dominan (kidal atau bukan), (7) kemampuan memahami instruksi (Lerner, 1985; Sunardi dan Sugiarmin, 2001). Sebelum anak belajar dan mampu menulis huruf maka faktor-faktor kesiapan tersebut harus dimatangkan terlebih dahulu, terutama bagi anak-anak berkebutuhan khusus yang mengalami hambatan dalam motorik, persepsi dan kognitif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar