Menulis adalah suatu
kegiatan untuk menciptakan suatu catatan atau informasi
pada suatu media
dengan menggunakan aksara.
Menulis biasa dilakukan pada kertas dengan
menggunakan alat-alat seperti pena atau pensil. Pada awal sejarahnya, menulis dilakukan dengan
menggunakan gambar,
contohnya tulisan hieroglif (hieroglyph)
pada zaman Mesir
Kuno.
Pada dasarnya menulis terbagi ke dalam dua bagian utama,
yaitu: (1) mempelajari kenyataan (bisa berarti berpikir, bisa berarti riset)
dan merumuskan kerangka tulisan, dan (2) menyajikan gagasan tersebut dengan
didukung fakta (diri turut berperan – The Art of Writing).
Kemudian, agar mudah dipahami maka penulisan harus jelas
dalam hal:
1. pilihan kata
2. susunan kalimat
3. susunan paragraf
4. gagasan yang hendak dikemukakan
1. pilihan kata
2. susunan kalimat
3. susunan paragraf
4. gagasan yang hendak dikemukakan
Lalu, bagaimana dengan tujuan dari penulisan? Nah, di bawah
ini adalah lima tujuan penulisan:
1. memberi informasi, yakni menyampaikan fakta-fakta mengenai peristiwa, masalah, tren, atau fenomena
2. menjelaskan tulisan yang menganalisis/menguraikan mengapa suatu peristiwa, masalah, tren, atau fenomena terjadi (biasanya memaparkan peristiwa, masalah, tren, atau fenomena, sehingga khalayak memahaminya)
3. mengarahkan tulisan ”Seperti Ini”/tip dalam mengerjakan suatu hal (“How To” Article), seperti misalnya: “Cara Mengatasi Kejahatan di Jalan Raya”, dsb.
4. membujuk/meyakinkan orang, tulisan ini mencoba mempersuasi orang atau setidaknya memiliki pemikiran yang sebanding tentang peristiwa, masalah, tren, atau fenomena, seperti misalnya tulisan resensi buku atau film
5. meringkaskan/membuat suatu rangkuman dari suatu karya (buku, dsb.), sebuah kegiatan, rapat, atau seminar menjadi lebih ringkas dan bisa dibaca dengan cepat tanpa kehilangan intisarinya (contoh: notulen)
1. memberi informasi, yakni menyampaikan fakta-fakta mengenai peristiwa, masalah, tren, atau fenomena
2. menjelaskan tulisan yang menganalisis/menguraikan mengapa suatu peristiwa, masalah, tren, atau fenomena terjadi (biasanya memaparkan peristiwa, masalah, tren, atau fenomena, sehingga khalayak memahaminya)
3. mengarahkan tulisan ”Seperti Ini”/tip dalam mengerjakan suatu hal (“How To” Article), seperti misalnya: “Cara Mengatasi Kejahatan di Jalan Raya”, dsb.
4. membujuk/meyakinkan orang, tulisan ini mencoba mempersuasi orang atau setidaknya memiliki pemikiran yang sebanding tentang peristiwa, masalah, tren, atau fenomena, seperti misalnya tulisan resensi buku atau film
5. meringkaskan/membuat suatu rangkuman dari suatu karya (buku, dsb.), sebuah kegiatan, rapat, atau seminar menjadi lebih ringkas dan bisa dibaca dengan cepat tanpa kehilangan intisarinya (contoh: notulen)
Henry Guntur Tarigan (1986: 15) menyatakan bahwa menulis
dapat diartikan sebagai kegiatan menuangkan ide/gagasan dengan menggunakan
bahasa tulis sebagai media penyampai.
Menurut Djago Tarigan dalam Elina Syarif, Zulkarnaini,
Sumarno (2009: 5) menulis berarti mengekpresikan secara tertulis gagasan, ide,
pendapat, atau pikiran dan perasaan. Lado dalam Elina Syarif, Zulkarnaini,
Sumarno (2009: 5) juga mengungkapkan pendapatnya mengenai menulis yaitu:
meletakkan simbol grafis yang mewakili bahasa yang dimengerti orang lain.
M. Atar Semi (2007: 14) dalam
bukunya mengungkapkan pengertian menulis adalah suatu proses kreatif
memindahkan gagasan ke dalam lambang-lambang tulisan. Burhan Nurgiantoro (1988:
273) menyatakan bahwa menulis adalah aktivitas aktif produktif, yaitu aktivitas
menghasilkan bahasa.
Menulis menurut McCrimmon dalam St. Y. Slamet (2008: 141)
merupakan kegiatan menggali pikiran dan perasaan mengenai suatu subjek, memilih
hal-hal yang akan ditulis, menentukan cara menuliskannya sehingga pembaca dapat
memahaminya dengan mudah dan jelas. St. Y. Slamet (2008: 72) sendiri
mengemukakan pendapatnya tentang menulis yaitu kegiatan yang memerlukan
kemampuan yang bersifat kompleks.
Kiat-kiat
menulis
Para wartawan, biasanya mereka terbiasa
menulis berita lurus (straight news; memaparkan peristiwa sesuai kaidah 5W + 1
H: What, Where, When, Who, dan Why + How). Dengan catatan, tak ada pendapat
pribadi di situ. Meski di beberapa media ada juga wartawan yang akhirnya
menyelipkan ‘pesan’ atau ‘penilaian’ pribadinya untuk berita tersebut. Selain
menulis berita lurus, para wartawan juga dibekali keterampilan menulis feature.
Apa itu feature? Sebenarnya kalo Anda baca buku-buku tentang jurnalistik, belum ada rumusan tunggal tentang feature. Masing-masing ahli jurnalistik belum sepakat. Menurut penulis buku Jurnalistik Praktis, Asep Syamsul M Romli, ada beberapa ciri khas dari feature:
1. Tulisan yang mengandung unsur human interest. Tulisan feature memberikan penekanan pada fakta-fakta yang dianggap mampu menggugah emosi—menghibur, memunculkan empati dan keharuan. Dengan kata lain, sebuah feature juga harus mengandung segi human interest atau human touch—menyentuh rasa manusiawi. Karenanya, feature termasuk kategori soft news (berita ringan) yang pemahamannya lebih menggunakan emosi.
2. Tulisan tersebut mengandung unsur sastra. Satu hal penting dalam sebuah feature adalah ia harus mengandung unsur sastra. Feature ditulis dengan cara atau gaya menulis fiksi. Karenanya, tulisan feature mirip dengan sebuah cerpen atau novel—bacaan ringan dan menyenangkan—namun tetap informatif dan faktual. Karenanya pula, seorang penulis feature pada prinsipnya adalah seorang yang sedang bercerita.
Bagaimana trik atau cara menulis feature?
Sebetulnya hampir sama dengan teknik menulis artikel lainnya, hanya saja dalam menulis feature kita dituntut untuk lebih ‘menyentuh’ dan memberikan nuansa lain dari sekadar sebuah berita. Itu sebabnya, feature bisa berfungsi sebagai penjelasan atau tambahan untuk berita yang sudah disiarkan sebelumnya, memberi latar belakang suatu peristiwa, menyentuh perasaan dan mengharukan, menghidangkan informasi dengan menghibur, juga bisa mengungkap sesuatu yang belum tersiar sebagai berita
Apa itu feature? Sebenarnya kalo Anda baca buku-buku tentang jurnalistik, belum ada rumusan tunggal tentang feature. Masing-masing ahli jurnalistik belum sepakat. Menurut penulis buku Jurnalistik Praktis, Asep Syamsul M Romli, ada beberapa ciri khas dari feature:
1. Tulisan yang mengandung unsur human interest. Tulisan feature memberikan penekanan pada fakta-fakta yang dianggap mampu menggugah emosi—menghibur, memunculkan empati dan keharuan. Dengan kata lain, sebuah feature juga harus mengandung segi human interest atau human touch—menyentuh rasa manusiawi. Karenanya, feature termasuk kategori soft news (berita ringan) yang pemahamannya lebih menggunakan emosi.
2. Tulisan tersebut mengandung unsur sastra. Satu hal penting dalam sebuah feature adalah ia harus mengandung unsur sastra. Feature ditulis dengan cara atau gaya menulis fiksi. Karenanya, tulisan feature mirip dengan sebuah cerpen atau novel—bacaan ringan dan menyenangkan—namun tetap informatif dan faktual. Karenanya pula, seorang penulis feature pada prinsipnya adalah seorang yang sedang bercerita.
Bagaimana trik atau cara menulis feature?
Sebetulnya hampir sama dengan teknik menulis artikel lainnya, hanya saja dalam menulis feature kita dituntut untuk lebih ‘menyentuh’ dan memberikan nuansa lain dari sekadar sebuah berita. Itu sebabnya, feature bisa berfungsi sebagai penjelasan atau tambahan untuk berita yang sudah disiarkan sebelumnya, memberi latar belakang suatu peristiwa, menyentuh perasaan dan mengharukan, menghidangkan informasi dengan menghibur, juga bisa mengungkap sesuatu yang belum tersiar sebagai berita
· teruslah berlatih menulis. Jangan pernah
berhenti menulis. Sebab menulis itu seperti menyetir mobil. Semakin tinggi jam
terbang Anda, maka keahlian Anda pun insya Allah semakin baik.
·
Rajin-rajinlah membaca buku-buku yang berkualitas. Jika tubuh kita
diibaratkan “pabrik penulis”, maka inputnya – antara lain adalah bacaan, dan
outputnya (atau produk yang dihasilkan) adalah tulisan. Dengan demikian,
kegiatan membaca bagi seorang penulis sangat penting. Tulisan kita akan banyak
diwarnai oleh jenis bacaan yang kita lahap. Bila Anda rajin membaca teenlit,
maka Anda akan menjadi seorang penulis teenlit. Bila Anda rajin membaca opini
di surat kabar, maka Anda akan menjadi seorang penulis opini. Demikian
seterusnya..
Aspek-aspek menulis
Menurut Lovitt (1989 dalam Sunardi dan
Sugiarmin 2001) menyatakan bahwa pelajaran menulis mencakup tiga aspek, yaitu
(1) menulis dengan tangan, (2) mengeja, (2) dan menulis ekspresif atau
komposisi. Namun yang akan dibahas disini adalah pengajaran menulis pada aspek
menulis dengan tangan (handwriting).
Pengajaran menulis dengan tangan (handwriting)
sering disebut pula dengan pengajaran menulis permulaan. Di dalam menulis
permulaan dipengaruhi berbagai faktor kematangan atau kesiapan, yaitu faktor
(1) motorik, (2) perilaku ketika menulis, (3) persepsi, (4) memori, (5)
kemampuan cross modal, (6) penggunaan tangan dominan (kidal atau bukan),
(7) kemampuan memahami instruksi (Lerner, 1985; Sunardi dan Sugiarmin, 2001).
Sebelum anak belajar dan mampu menulis huruf maka faktor-faktor kesiapan
tersebut harus dimatangkan terlebih dahulu, terutama bagi anak-anak
berkebutuhan khusus yang mengalami hambatan dalam motorik, persepsi dan
kognitif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar